Tuesday, September 25, 2007

Tertunduk Malu

Siapapun pasti tidak merasa nyaman naik angkutan kelas ekonomi di negara IndonesaH tercintaH, kotor; reot; sarat penumpang, penjual, pencopet, peminta-minta; ugal-ugalan n suka mogok. Tapi itulah angkutan yang tersedia, seperti juga Kereta Rel Listrik (KRL) yang selalu siap mengantar gw ke tempat favorit.. depok - mangga 2! Sebenernya ada juga yang express yang tentu aja lebih bersih, adem, ga' bejubel n penjualnya cuma di stasiun tertentu ajah, tapi kalo ga' salah sehari cuma 2 kali yang mampir di stasiun depok baru. Semua kebutuhan hidup bisa ditemuin di KRL, mulai peralatan dapur, menjahit, tas, buku, aneka makanan & minuman. Sepanjang perjalanan juga banyak hiburan dari karaoke dengan suara tape yang menyiksa, band-band lokal dengan peralatan lengkap bahkan ada yang baca puisi. Bagi yang mau membagi rejekinya deretan peminta-minta dengan berbagai bentuk hilir mudik menengadahkan tangannya siap menerima kelebihan recehan qt.

Gw bukan termasuk orang yang rajin membagi recehan pada peminta-minta atopun penghibur perjalanan, karena yang ada gw ngerasa sia-sia aja ngasih, toh banyak dari mereka yang pura-pura aja (sebenernya sih karena pelit hehehee). Berkali-kali gw ngebuang uang sia-sia, pernah ada pemuda yang keliatannya alim dan dia tampil membawakan puisi religi ee... ternyata abis itu dia duduk dengan mata yang tidak lepas dari paha ce' yang lagi duduk menyilangkan kaki dengan hanya mengenakan celana pendek & tangtop, anak kecil penyapu lantai yang memanfaatkan uangnya buat beli rokok, ibu-ibu yang ternyata membawa anak tetangganya, pemuda tanggung yang mbacain do'a tapi ternyata dia ga' puasa dan dengan acuhnya minum setelah dapet uang .... ahh pokoknya banyak deh. Pembangunan masjid dan pondok pesantren juga banyak mencari dana di angkutan umum, douhh kenapa sih muslim semiskin ini padahal di kampungku qt sanggup mbangun masjid atas biaya sendiri.

Sabtu pagi dalam perjalanan ke depok dengan KRL ekonomi gw kembali menjumpai "ciri khas" kelas ekonomi, salah satunya kehadiran seorang ibu berjilbab mengedarkan amplop permintaan sumbangan untuk pembangunan masjid dan gw mengembalikannya dalam keadaan kosong tanpa minat ngliat lokasi pembangunannya. Sore harinya gw kembali bertemu dengan ibu yang sama dengan senyuman yang sama, tidak terlihat kelelahan diwajahnya padahal sudah hampir setengah hari dia mondar-mandir di kreta yang panas dan engap. Gw nyelipin uang "seribu perak" di amplopnya, ketika amplop di ambil dia memintaku menuliskan nama, "tidak usah bu" jawabku. Biasanya setelah mengucapkan terimakasih dan do'a seadanya mereka akan berlalu, tapi sang ibu tidak seperti orang-orang yang dah gw temuin. Dia mengucapkan terimakasih dengan sungguh-sungguh, menatap gw yang masih tersenyum dan kemudian mengucapkan do'a keselamatan-kesehatan-kemudahan rejeki yang panjang. Untuk pertama kalinya gw kelimpungan di do'ain orang yang tidak dikenal, gw serasa mendengar ibuku yang sedang mendo'akan gw setiap kali menutup pembicaraan dalam telfon. Gw malu... ga' sepantasnya gw dido'ain sekhusyuk itu, gw cuman ngasih seribu, satu nilai kepingan rupiah yang kalopun jatuh ga' bakal ngerasa kehilangan. Gw cuman tertunduk dan mengucapkan amin untuk do'anya.

Ah Tuhan... indah sekali Kau nyentil hambamu di awal puasa kemarin, insyaallah gw ga' pernah lupa 2,5% hak fakir miskin, tapi banyaknya kebohongan yang ditemui membuat gw n beberapa temen-temen gw berburuk sangka kepada peminta-minta sehingga merugikan orang yang benar-benar membutuhkan. Hmm.. seandainya amanat UUD "fakir miskin dan anak terlantar di pelihara negara" dijalankan pemerintah, seandainya Badan Amal Zakat Infaq dan Sadaqah bisa menyentuh mereka, mungkin tidak ada lagi peminta-minta dijalanan, mungkin tidak ada keraguan lagi menyalurkan harta yang bukan hak qt lewat lembaga-lembaga yang ada, mungkin Sutiyoso ga' repot-repot ngeluarin Undang-Undang aneh itu... mungkin gw tidak akan tertunduk malu lagi... mungkin ya mungkin saja...

8 comments:

Anonymous said...

apa perlu ditiadakan aja yah pasal 34 itu, soale gak ada fungsinya blassss cuma buat nambah soal di ujian aja tho :D.

Ayo..ayo..sudah waktunya ber zakat.

Anonymous said...

terharu .... membayangkan saat kamu di doain ibu itu .....

-Fitri Mohan- said...

KRL yang tak terlupakan: KarangBandan!

ndahdien said...

@kenny: u get my standing ovation!! masih inget aja nomor pasalnya ckckck...
@ely:iyo mb'... terharu banget
@fm: angkutan murah n bener2 meriah;))

Anonymous said...

hm.. KRL, emang Murah Meriah dan gw tambah lagi, Murah Meriah dan Mengalah.

soalnya ngalah mlulu ama express, di susul mlulu. paling kesel udah penuh, panas. eh di susul 3 KRL Express

klo Pisang (pake istilah pisang lagi), Masuk Mentah Keluar Busuk (kematengan coy). Kapan KRL Ekonomi Bogor jakarta jadi nyaman dan aman (pegang dagu tatapan kosong ke depan)

jaya said...
This comment has been removed by the author.
jaya said...

saya jadi panitia zakat nih...
siap menerima dan menyalurkan zakat anda...

ndahdien said...

@jajas: pantesan tampang lo ga' karuan jas.. trnyata lo dah membusuk ya;))
@jaya: kmrn dah ama heny mas, fisip UI ada acara bubar ma anak jalanan

Disini, untuk Sebuah Janji

Generasi masa kini mungkin telah memiliki pemikiran yang terbuka dalam mendefinisikan kewajiban anak kepada orang tua. Dari banyak opini di ...