Thursday, November 1, 2007

Gajah Mada - Langit Kresna Hariadi

Novel berjudul "Gajah Mada" karya Langit Kresna Hariadi udah lama bertengger di rak buku gramed, tapi gw males banget buat menyentuhnya karena gw pikir pasti gaya penulisannya bertele-tele dan mbosenin, apalagi penerbitnya Tiga Serangkai yang dalam benak gw masih terbayang buku-buku pelajaran sekolah. Sampai akhirnya, Sabtu kemarin barengan ma ember di gramed depok gw menimang-nimang buku bersampul bagus itu. Wah ada 5 seri!!! Dah ketinggalan lama banget berarti gw yah. Tapi gpp lah, coba satu dulu kalo bener-bener bagus baru deh melanjutkan ke seri yang laen, okeh gw beli Gajah Mada. Kesimpulan gw... tulisan Langit Kresna Hariadi keren bangetttttttt, alur ceritanya tidak bertele-tele, deskripsi perangnya bener-bener hidup dan obrolan tokoh-tokohnya mengasyikkan. Pokoknya ga' bikin bete ka' buku tuebel Musashi
Cerita berawal dari suasana malam di Majapahit yang waktu itu di pimpin Jayanegara diselimuti kabut sangat tebal, beberapa orang melihatnya sebagai pertanda buruk mengingat malam berkabut tebal juga yang menandai pemberontakan maling kecil bernama Ken Arok yang menjatuhkan Kediri dan pemberontakan Jayakatwang yang berhasil menaklukkan Singasari. Bekel Gajah Mada juga mendapatkan firasat buruk dengan keadaan malam itu, apalagi setelah mendapat informasi dari pria bertopeng dengan nama Bagaskara Manjer Kawuryan yang menyebutkan bahwa besok pagi akan ada pemberontakan. Informasi ini langsung disampaikan kepada Mahapatih Arya Tadah, berbekal lencana mahapatih, Gajahmada bersama Gagak Bongol salah satu anggota pasukan Bhayangkara melakukan penyelidikan dan menemukan fakta bahwa pasukan di bawah pimpinan Pujut Luntur bergabung dengan Ra Kuti dan Dharmaputra Winehsuka akan menggulingkan Jayanegara. Hanya Tumenggung Banyak Sora yang bersedia membantu Gajah Mada sedangkan Panji watang memilih menunggu hasil perang tersebut untuk kemudian merebutnya kembali.

Peperangan tidak terhindari, namun berkat kecerdikan Banyak Sora dalam memilih strategi perang, pasukan Pujut Luntur yang menggunakan strategi supit urang dapat di gebuk dengan strategi cakrabhya. Belum sepenuhnya memenangkan peperangan tiba-tiba pasukan Panji Watang datang, namun berkat kearifan Arya Tadah peperangan antara pasukan kerajaan dengan Panji Watang dapat dihindari. Ketika akan terjadi perdamaian tiba-tiba panah beracun yang sangat mematikan hasil racikan Ra Tanca melesat membunuh ke-2 tumenggung itu, saling curiga antar kedua pasukan semakin berkobar dengan provokasi Ra Kuti. Pasuka kerajaan terdesak dan terpencara dalam markasnya sendiri. Gempuran pasukan di bawah komando Ra Kuti semakin menjadi, Gajah Mada di buat kerepotan apalagi menurut telik sandi Manjer Kawuryan didalam pasukan Bhayangkara yang dipimpinnya terdapat mata-mata Ra Kuti. Penyelamatan terhadap Jayanegara segera dilakukan, ketika pasukan pemberontak berhasil masuk Jayanegara berhasil meloloskan diri melalui terowongan rahasia dan tentu saja dengan pengawalan Bhayangkara. Dalam perjalanan meloskan diri itu pula mata-mata Ra Kuti berhasil di deteksi oleh Gajah ada dan langsung dibunuh.
Pelarian Jayanegara akhirnya hanya di kawal Gajah Mada, karena dicurigai masih ada mata-mata dalam pasukannya. Anggota pasukan yang lain ada yang bertugas mengungsikan 2 putri kerajaan dan sisanya mengawasi kotaraja. Ra Kuti yang sangat bernafsu membunuh Jayanegara dan memperistri sekar kedaton terus melakukan perburuan, sementara itu kekacauan di dalam masyarakat Majapahit-pu tidak terhindari lagi. Prajurit berindak sewenang-wenang bahkan ketika rakyat melakukan “demonstrasi” mereka justru mendapat serangan dari para prajurit. Mata-mata Ra Kuti terlalu pintar dan terlalu sulit untuk dikenali, bahkan dia berhasil mengendus keberadaan Jayanegara yang bersembunyi di rumah Ki Buyut. Beruntung pasukan Bhayangkara yang mengungsikan sekar kedaton telah kembali dan berhasil merepotkan pasukan Ra Kuti, Jayanegara selamat. Namun dalam perang kecil tersebut seorang anggota Bhayangkara tewas di bunuh temannya sendiri. Lagi-lagi dengan kecerdikan sang mata-mata dia berhasil menebak kemana arah persembunyian yang akan di pilih Gajah Mada, dia juga berhasil memfitnah temannya yang kembali berujung kematian. Di tempat persembunyian, Gajah Mada dan seorang anggota Bhayangkara melakukan jebakan pada mata-mata dengan beradu menirukan suara-suara burung, akhirnya anggota Bhayangkara dengan suara burung hantupun terungkap.
Perebutan kembali kekuasaan Jayanegara dilakukan dengan penuh perhitungan, Arya tadah telah mengorganisir pasukan di kotaraja. Ra Kuti berhasil digulingkan, jayanegara-pun kembali memegang tampuk kepemimpinan, namun pelarian yang melelahkan membuatknya sakit. Ra Tanca, satu-satunya keluarga Winehsuka yang masih hidup diminta mengobatinya, bukan obat yang diberikan melainkan racun mematikan yang langsung membunuh Jayanegara. Gajah Mada-pun langsung membunuh Ra Tanca, kalimat terakhir yang di ucapkan Ra Tanca membuat Gajah Mada tertegun.
Hayoooo Ra Tanca ngomong apa???? Rugi deh kalo ga’ baca buku ini, gw juga jadi mikir ulang buat beli CD “In Luv with Bacharach” yang kemarin gw gandrungin. Ka’nya dengan harga yang hampir sama (75 rebu vs 88 rebu) mendingan beli Gajah Mada seri berikutnya deh.

3 comments:

Anonymous said...

Bagaskara Manjer Kawuryan

ndahdien said...

koq pinter sihhh, dah baca juga ya??

IHSAN JJ said...

Aku udah baca ampe abis. seruuu!

Disini, untuk Sebuah Janji

Generasi masa kini mungkin telah memiliki pemikiran yang terbuka dalam mendefinisikan kewajiban anak kepada orang tua. Dari banyak opini di ...