Monday, November 3, 2008

Ketika Umurku 12 Tahun

Inspired from ulfa's story

Bahagia rasanya saat itu, tidak lama setelah ulang tahunku yang ke-12 selembar ijazah kelulusan SD mengantarkanku ke sekolah yang selalu aku impikan, SMP 2 Gombong, SMP unggulan ke-2 di kota kecilku Kebumen. Dengan Ibu yang selalu mendampingi, aku mengumpulkan berkas-berkas pendaftaran dan mengisi beberapa formulir. Di saat pendaftaran itu aku dikenalkan dengan anaknya teman Ibu di Pepabri, namanya Misdiana Suhartati, kulitnya hitam tapi bibirnya merah menyala dengan muka oval dan rambut tipis terkuncir seperti buntut tikus. Kami memiliki persamaan Nilai Ebtanas Murni (NEM) dan nilai PMP (9.93! berbudi luhur sekali kan gw??). Betapa menggembirakannya ketika pengumuman penerimaan aku dan Misd berada di kelas yang sama, kelas 1 E, kabarnya kelas ini adalah kutukan yang terkenal karena kenakalannya dari generasi ke generasi (dan ternyata terbukti juga dengan keberadaan kami). Di usia 12 tahun aku menemukan arti sahabat sejati, berbagi cerita, tawa, keluh kesah dan berbagi rahasia.

Di usia yang masih sangat muda ini, aku juga merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku menemukan sosoknya di antrian pendaftaran, namanya Ari Sulistyanto. Tapi aku tidak pernah menunjukkan perasaanku, malu rasanya kalau sampai orangnya tahu, hanya pada Misd dan diary aku mencurahkan semua perasaan. Senang rasanya kalo bisa satu bis, melihat wajahnya barang sekejap saja serasa indah seluruh hari itu walaupun harus berhadapan dengan Pak Salamun (alm) guru Matematika yang super killer. Sayang... ketika kenaikan kelas dia memutuskan pindah sekolah.. I'm falling before I'm Flying hiks....

Dirumah tiba-tiba aku menjadi anak tunggal. Ke-4 kakakku sudah menginggalkan rumah, ada yang ikut Om kuliah di Universitas Cendrawasih, ada yang kerja di Surabaya dan Jakarta, sementara seorang kakakku telah menikah dan menetap di Kalimantan. Ya ampyuunnn, aku bahkan sudah menjadi tante ketika usiaku belum genap 12 tahun!! Tua sekali berasa umurku. Hanya dengan kedua orangtuaku rumah menjadi terasa makin sepi, tidak ada lagi yang nyuruh-nyuruh beli ini itu di warung, tidak ada lagi yang ngomel-ngomel karena aku bangun siang dan belum menyapu atau pulang main kesorean, semuanya menghilang bersama kepergian kakaku satu per satu. Teman SD juga tidak ada lagi yang mengajakku bermain, semua disibukkan dengan aktivitas sekolah barunya. Aku merindukan masa-masa SD dulu ketika kami pit-pitan mengelilingi desa, berkejar-kejaran di pematang sawah, bermain kasti di halaman tetangga, merebus ubi dan singkong di kebun tetangga, mencuri mangga milik mbah-nya temenku (pelopornya temenku sendiri koq, sumpeh bukan gw), nyeser ikan di kali Kemit atau bermain pasar-pasaran. Sudah malu rasanya kalo harus bermain seperti itu lagi dengan seragam biru putih ini. HHhh.... susahnya jadi anak SMP, bukan lagi anak kecil tapi belum bisa dianggap seorang gadis.



Aku tidak menyukai masa-masa SMP dan SMA karena menurutku tidak ada pertemanan yang tulus terutama dengan co', sepertinya para co' hanya mau berteman dengan ce' cantik dan beken sementara para ce' kecentilan pengen semua orang melihatnya dengan tingkah laku yang dibuat-buat. Namun aku mengucap syukur atas semua yang telah kulewati di usia 12 tahun, ketika orang tuaku merestui perjalananku menapaki tangga kehidupan yang lebih tinggi. Tidak membebaniku dengan pilihan-pilihan yang berat,
Ndah kamu mo sekolah di SMP 2 Gombong apa SMP 1 Kebumen?
bukannya: Ndah kamu mo sekolah apa nikah?
Ndah minggu ini giliran kamu yang mbersihin kamar mandi apa Bapak?
Bukannya: Ndah kamu mau "digilir" minggu ini apa minggu depan?
Ndah, Bapak ga' mampu beliin motor kamu sekolahnya mau naik sepeda apa naik bis?
bukannya: Bapak ga mampu bayar utang kamu mau nikah apa lihat bapak dipenjara?

Trimakasih Tuhan sudah menitipkanku pada orang tua yang bijaksana, terimakasih sudah menempatkan di lingkungan yang menyenangkan, terimakasih sudah menempaku dalam beragam pengalaman hidup yang membentuk karakterku. Semoga dengan semua ilmu yang aku peroleh tidak membuatku berbuat kurangajar dengan "mengakali" perintah-MU untuk membungkus kemaksiatanku.

5 comments:

Anang said...

di smpku kelas e itu adalah kelas unggulan lho. dan beruntung ak ada disitu.

kenny said...

gi mengenang masa2 ingusan yaaa, umur 12 dah jadi tante, bentar lagi jadi nenek ya...hihihihi cepetan dikau drpd aku :P

ndahdien said...

@ anang: critane pamer nih tmasuk bibit unggul:P
@ kenny: gi membandingkan hidupku dgn ulfa, bocah 12 thnn yg trkenal itu. gw cuma jd tante dia dah jadi emak-emak:(

Anonymous said...

liat judulnya, langsung tak kira mau cerita soal si ulfa itu :D

Anonymous said...

hmmmmmmm sewot ama syeh puji nya. anak 12 thn je ingusan kok ya diembat...

Disini, untuk Sebuah Janji

Generasi masa kini mungkin telah memiliki pemikiran yang terbuka dalam mendefinisikan kewajiban anak kepada orang tua. Dari banyak opini di ...