Wednesday, July 3, 2013

Iris Grace Halmshaw: The Miracle of Little Miss Masterpiece

Namanya Iris Grace Halmshaw, usianya baru 3.5 tahun namun hasil karya lukisannya sudah dihargai ribuan poundsterling. Tidak salah jika media menyebutnya "The Miracle of Little Miss Masterpiece". Bocah cantik dan menggemaskan ini merupakan putri dari pasangan Arabella Carter-Johnson dan Peter-Jon Halmshaw, orang tua yang diberi kepercayaan luar biasa oleh Tuhan untuk membesarkan bocah istimewa yang mereka gambarkan sebagai anak yang menyenangkan, lucu, tenang, mungil, cerdas, mahir dan sangat cantik.



Dalam foto di atas Iris seperti anak balita pada umumnya, namun sebenarnya dia berbeda. Iris Grace belum bisa berbicara dan dia kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Iris Grace menderita Autis. Iris beruntung terlahir di masa yang sudah mengenal apa dan bagimana autis dan dia sangat beruntung memiliki orang tua yang tahu bagaimana menangani anak yang menderita Autis.



Dalam website Iris Grace Painting diceritakan bagiamana Arabella dan Peter berkonsultasi dengan banyak ahli terapi setelah pada tahun 2011 Iris terdiagnosa menderita Autis hingga akhirnya ditemukan ketertarikan Iris terhadap kegiatan melukis.







Bagaimana Iris Grace bisa menghasilkan lukisan yang menurut saya orang yang awam terhadap lukisan, memiliki komposisi warna yang sangat cantik dan memukau? Anda bisa mengunjungi websitenya.

Setiap ada cerita-cerita hebat tentang anak autis ingatan saya tertuju kepada sepupu saya, Ayu. Di tahun 90-an kami tidak mengerti apa itu autis, dokter tidak bisa mendiagnosa penyakitnya kecuali disebutkan ada gangguan pada otaknya? Apakah sepupu saya gila? Itu pertanyaan yang umumnya muncul saat itu. Informasi kondisi Ayu juga tidak rutin kami terima karena Om saya tinggal di Timor Timur, kami hanya tahu perkembangan Ayu tidak seperti anak normal. Ketika Timor merdeka dan Om saya kembali ke Jawa, kami baru tahu bahwa Ayu menderita autis. Saya menyadari betapa berat beban yang di tanggung om dan tante membesarkan anak berkebutuhan khusus, karena hanya beberapa jam saja Ayu dititipkan di rumah saya dan kakak mengeluh bahkan cenderung kesal dengan kelakuannya. Kami sama sekali tidak tahu bagaimana menangani Ayu ketika dia mengulang-ulang pembicaraan, tidak merespon perkataan kami, berkali-kali pura-pura jatuh, duduk dilantai garuk-garuk kaki dengan kuat ketika kami tidak menanggapinya, dll dll. Di luar itu semua, Ayu adalah orang yang sangat mencintai keluarganya. Dia sangat hapal nama-nama saudara yang sudah pernah ditemuinya. Jika yang main kerumahnya hanya kakak saya yang kebetulan rumahnya masih satu kota dia akan bertanya "Pak Dhe Jimin mana? Mba Ndah mana? Mb Ci mana? ... ? ...? " dan dia akan menanyakannya terus terus dan terus.

Sekarang Ayu sudah dewasa, kesalahan penanganan saat kecil (bukan dengan terapi tetapi selalu obat obat dan obat) membuat Ayu tetap seperti itu. Kondisi Ayu juga menyebabkan kami sebagai keluarga jarang sekali berkumpul bahkan di saat lebaran dan natal (2 adik Bapak saya beragama Katolik). Om dan tante tidak pernah membawa Ayu berkumpul dengan keluarga karena sangat merepotkan, sementara keluarga saya juga jarang mengunjungi rumah Om karena keponakan-keponakan saya yang masih kecil takut bertemu Ayu.

Saya tidak tahu apakah Ayu nantinya bisa mandiri? Apakah adik-adiknya ada yang bisa diandalkan untuk menjaganya? Kadang saya berpikir, betapa buruk saya dan keluarga saya yang tidak bisa membantu Ayu. Bahkan setelah saya mencoba membaca tentang autis dan penanganannya, sampai saat saya masih tidak tahu bagaimana membantunya. Hanya bisa mendo'akan agar om dan tante dapat mengemban amanah yang dipercayakan Tuhan.

No comments:

Disini, untuk Sebuah Janji

Generasi masa kini mungkin telah memiliki pemikiran yang terbuka dalam mendefinisikan kewajiban anak kepada orang tua. Dari banyak opini di ...