Friday, July 20, 2007

Laskar Pelangi, Sang Pemimpi & Edensor

Apa!!! Tidak tau Tetralogi Andrea Hirata?? Gw shock setelah tahu banyak temen gw yang ga’ tau buku terbaik karya anak bangsa yang pernah gw baca, tolong dicatet ”yang pernah gw baca” (ampe shock??). Tetralogi yang diawali dengan Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan diakhiri dengan Maryamah Karpov (eh yang ini dah keluar belum sih, dah lama ga’ ke toko buku nih) membawa nuansa baru ditengah cerita kacangan memuakkan semuak gw dengan acara TV yang dipenuhi sinetron aneh bahkan hingga tengah malam.

Buat gw karya Andrea Hirata keren karena:
  1. Andrea Hirata membawa cerita real kalangan bawah tanpa mendramatisir kemiskinan dengan cerita mendayu-dayu penuh airmata kepalsuan (laskar pelangi – in the beginning)
  2. Andrea Hirata menghadirkan kisah menyentuh dari dunia pendidikan, bukan hanya hasil pendidikan di sekolah tapi juga hasil pendidikan di keluarga dan lingkungan yang bisa dijadikan teladan dan inspirasi bagi pembacanya (laskar pelangi – in the middle)
  3. Andrea Hirata mengajarkan bagaimana menyikapi kenyataan hidup yang terkadang sangat pahit dan jauh dari yang kita harapkan (laskar pelangi – in the end)
  4. Andrea Hirata mengajarkan betapa berarti sebuah mimpi, cita-cita dan harapan karena itulah yang membuat qt bisa selalu bertahan hidup, bahkan disaat seolah masa depan begitu suram pesannya begitu jelas... Jangan pernah sekalipun membunuh mimpimu!” (sang pemimimpi)
  5. Andrea Hirata membawa wujud sebuah persahabatan pada satu tataran “give never asking in return” (sang pemimpi)
  6. Andrea Hirata menguatkan optimisme bahwa tidak ada yang tidak mungkin selama qt memiliki mimpi, berkemauan keras, berusaha dan berdo’a, karena kita tidak pernah tahu bagaimana Tangan Tuhan bekerja mengukir jejak kehidupan kita (edensor)
  7. Andrea Hirata seperti pengarang yang lain bercerita tentang Italy lebih dari 1 Bab (edensor)
Satu hal aja yang ga’ gw sukai, si ”Ikal” masuk kelompok FBR (Fans Berat Rhoma) yang mana daripada apapun di dunia ini, gw ga’ suka!

Walaupun Emmy ga' mempercayai arti airmata yang gw tumpahin sewaktu baca Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi mengingat track record airmata gw yang sering dinilainya ga’ penting pada saat gw begitu tersentuh dengan sebuah adegan film, cerita dalam novel, lyric lagu yang mengena atau bahkan ketika kesel dengan teramat sangat tapi gw berani jamin bahwa kisah yang dihadirkan bakal bikin hati lo tergetar. Gw banyak menangis di Laskar Pelangi yang mengangkat kisah masa kecil ”Ikal” bersama teman-teman ”laskar pelanginya” dan gurunya, walopun kisahnya lucu-lucu tapi kelucuan itu mengharukan. Diakhir cerita, kisah Lintang dewasa benar-benar bikin kamar gw banjir.
Seperti Ikal, gw juga mencintai sosok Lintang kecil dengan semangat kayuhan sepedanya untuk sampai di sekolah, semangat belajarnya ditengah segala keterbatasan dan dengan anugerah kecerdasannya. Walopun gw tahu setelah Bapaknya meninggal Lintang tidak bisa melanjutkan sekolahnya tapi gw masih percaya saat dewasa nanti Lintang paling tidak menjadi Guru yang hebat. Dan ketika sebuah bedeng kecil, kumuh menjadi tempat tinggalnya dan ketika sebuah tronton menjadi benda yang dikemudikannya dan ketika kemiskinan masih memeluk erat nasibnya dan ketika kecerdasan masih melekat diotak encernya dan ketika di atas semua itu dia berkata
”Jangan sedih Ikal, paling tidak aku telah memenuhi harapan ayahku agar tidak jadi nelayan...”.
Seperti Ikal, gw juga tidak terima dengan kenyataan yang menimpa Lintang.

Sang Pemimpi membuat gw banyak ketawa dengan tingkah konyol Arai, Ikal dan Jimbron. Ikal yang suka mengutip kata-kata Bang haji, kisah perburuan cinta Arai dan Jimbron, kenakalan mereka di sekolah dan di masjid bahkan keingintahuan mereka dengan tontonan ”panas” bener-bener mengocok perut. Apalagi sewaktu Arai belajar nyanyi sama Bang Zaitun, Musisi dangdut beken (terbukti dengan koleksi istrinya yang berjumlah 4) dan ya ampunnn... gaya bicaranya itu lho yang selalu di akhiri dengan hi...hi...hii buat mamerin gigi emas putihnya wuakakakkk gw nguakak abis setiap baca dialognya Bang Zaitun ini. Ga’ lupa dengan acara meweknya... di Sang Pemimpi gw cuma menangis sewaktu Ikal disadarkan Arai akan tindakan bodohnya melepas impiannya dengan sebuah kalimat yang gw inget banget
Tanpa Mimpi, orang seperti kita akan mati!”.
Ikal yang merasa bersalah dengan ayahnya yang pendiam dan tidak pernah menuntut berlari menyusul ayahnya yang telah mengayuhkan sepedanya sangat jauh. Perasaan bersalah yang diceritakan Andrea begitu menyentuh begitu, juga dengan tindakan yang di ambil Ikal menebus kesalahannya walaupun tanpa ucapan maaf. Saling menolong dan berkorban serta melakukan apapun demi kebahagiaan teman menjadi wujud persahabatan sejati yang ditunjukkan Arai, Ikal dan Jimbron. Di Bogor, Ikal bekerja di kantor pos mewujudkan impian masa kecilnya yang tidak pernah diimpikannya. Jalan menuju tergelarnya impian dari Pak Balia untuk belajar di Sorborne Perancis akhirnya terbuka setelah Arai dan Ikal mendapat beasiswa S2.

Edensor adalah petualangan, mengasyikkan dan bikin iri. Seperti dalam cerita forest gum, Aria dan Ikal mewujudkan satu per satu impiannya bahkan tanpa disangka-sangka terwujud pula kutukan akibat kenakalan masa kecil melalui perjalanannya sebagai backpacker setelah melakukan taruhan dengan teman-teman kuliahnya. Berbekal pakaian ikan duyung untuk pameran jalanan mereka menyusuri kota-kota di eropa mengharap recehan sebagai ongkos perjalan ke kota selanjutnya. Perjalanan ini juga menjadi pencarian Ikal akan cinta pertama dan cinta matinya kepada A Ling. Serangkaian perjalanan yang tidak jarang menegangkan, mengenaskan dan juga menyenangkan diakhiri dengan kemenangan Arai dan Ikal. Tapi sayang, jejak A Ling tetap tidak ditemukan, hanya novel pemberian A Ling yang selalu menemani Ikal. Akibat liburan yang terlalu panjang Ikal terpaksa memburu supervisornya ke Sheffield dan disinilah Ikal menemukan hamparan pedesaan Inggris yang telah begitu tergambar di otaknya... ya.. edensor sebuah kota dalam novel pemberian A Ling sekarang ada dihadapannya

2 comments:

jaya said...

saya tidak pernah punya mimpi, saya tidak pernah punya cita cita. hidup mengalir saja bagaikan air di sungai. yang saya lakukan hanya strategi menghadapi hidup, seperti air di sungai, bila menabrak onggokan sampah, dia akan terus menerjang sekuat tenaga bila tidak bisa dia akan berputar mengitari sampah itu...dan terus berjalan bersiap menerjang lagi.....

Unknown said...

Mangkanya Bang Jaya.. cobalah membaca Sang Pemimpi, di situlah kekuatan mimpi.. Seperti doa-doa yang selalu dipanjatkan.. Itulah yang membedakan dari orang biasa dan orang luar biasa.. Mimpi itu gratis, jadi mengapa juga tidak bermimpi.. Selamat bermimpi!!!

Disini, untuk Sebuah Janji

Generasi masa kini mungkin telah memiliki pemikiran yang terbuka dalam mendefinisikan kewajiban anak kepada orang tua. Dari banyak opini di ...