Monday, February 9, 2009

Review Yakuza Moon


Akhirnya, aku menyadari bahwa yang penting dalam menulis otobiografi bukanlah menjadikan diri sendiri tampak baik atau menciptakan prosa yang indah, tetapi kejujuran pada diri sendiri. Inilah yang kupelajari dari surat penuh kasih yang kuterima dari ayahku setelah meninggal.
Itulah cacatan akhir Shoko Tendo, anak seorang Yakuza yang menceritakan pahit getir kehidupan yang dijalaninya. Ini buku pertama berbau "Yakuza" sebuah gang mafia di Jepang yang gw baca sehingga gw ga' punya referensi kehidupan Yakuza. Sepak terjang Yakuza tidak dibahas dalam buku setebal 245 lembar terbitan Gagas Media, sebagai sebuah otobiografi Shoko menceritakan jalan hidupnya yang teramat berat untuk dijalani sebagai seorang anak perempuan sejak usia yang masih sangat muda. Usianya baru sekitar 7 tahun ketika ayahnya, seorang pemimpin Yakuza bangkrut dan dipenjara. Penghinaan, caci maki dan direndahkan oleh tetangga juga perlakuan kasar teman sekelasnya bahkan gunjingan menyakitkan dari gurunya selalu menyertainya selama ia bersekolah dan tumbuh dilingkungan rumahnya. Keadaan tidak menjadi lebih baik ketika ayahnya dibebaskan dari penjara, karena ia-pun mengalami perlakuan kasar dari ayahnya yang berubah menjadi pemabuk.

Kehidupan Shoko mulai kacau di usia 12 tahun sejak ia memutuskan menjadi Yanki (anak liar dengan dandanan yang "aneh" mulai dari cat rambut, pakaian seksi & dandanan menor, melewatkan kehidupan malam clubbing dan fly dengan menghirup thinner juga free sex). Pada awalnya Shoko menjadi Yanki karena mengikuti kakak perempuannya, Maki dan kemudian ia memiliki gang sendiri. Sekolahnya kacau bahkan ia sempat dipenjara untuk selanjutnya dimasukkan dalam sekolah khusus anak nakal. Namun hukuman tidak membuatnya jera, ia kembali menjalani rutinitasnya hingga akhirnya ia mengenal narkoba. Keadaan keluarganya semakin kacau karena hutang semakin menumpuk, Shoko-pun makin kacau, racun narkoba mengantarnya menjadi budak seks Maejima, rekan bisnis ayah Shoko yang menyuplai kebutuhan narkoba Shoko dengan imbalan seks liar dan perlakuan kasar.
Shoko menemukan cintanya di usia 17-an ketika ia bekerja sebagai pelayan bar pada Shin, salah satu pelanggannya yang telah beristri. Dengan sebuah apartemen pemberian Shin di ulangtahunnya yang ke-18 tidak membuat Shoko menikmati kehangatan cinta layaknya pasangan lainnya, bagaimanapun juga ia hanya seorang "gundik". 



Hubungannya dengan Maejima juga masih berlanjut untuk narkoba dan membunuh kesepiannya hingga akhirnya Shoko benar-benar mengakhirinya dengan tekad kuat sembuh dari kecanduan, untunglah sebulan kemudian Maejima meninggal sehingga ia benar-benar bisa terlepas dari pria bejat ini. Jalinan cintanya dengan Shin berakhir setelah Shin memiliki anak dari istrinya. Tawaran cinta baru dan uang berlimpah dari Kuramochi ternyata tidak diterimanya, ia justru memilih seorang pecundang bernama Ito. Shoko sangat mencintai pria yang sudah beristri ini sehingga semua kebohongan dan bermacam perlakuan kasar Ito terhadapnya bahkan sampai mengancam nyawanya selalu dimaafkannya. Shoko menemukan kebebasannya melalui tato yang menghiasi hampir semua bagian tubuhnya. Beruntung bagi Shoko ia akhirnya bertemu pria lain yang sangat mencintainya dan memperlakukannya dengan sangat baik, Shoko dan Taka menjalani pernikahan dan mengawali kehidupan rumah tangga dengan keadaan yang sangat miskin. Badan Shoko masih belum pulih dari amukan kekejaman Ito yang tidak rela ia menikahi Taka, wajahnyapun menjadi cacat sehingga ia keluar dari pekerjaan, begitu pula Taka yang dipecat dari Yakuza.

Mereka bekerja dengan keras semakin keras dan makin keras lagi… namun itupun tidak mampu mengangkat mereka dari kemiskinan karena Maki yang bersuamikan seorang penjudi selalu menggerogoti kehidupan Shoko. Kesehatan mental Shoko memburuk sejak ibunya meninggal, di usia 24 tahun ia mengalami depresi dengan halusinasi-halusinasi kelam dan kejam dimasa kecilnya hingga berat badannya merosot tajam dan puncak dari sakit mental dan fisiknya adalah ketika ia mengalami koma hingga 1 minggu. Kesembuhan membuka pandangan hidup Shoko ke arah yang lebih positif, ia melakukan operasi plastik dan bisa kembali menjadi hostes dengan sebuah misi "akan menjadi hostes nomer satu". Keberhasilan kerjanya ternyata tidak membuatnya berhasil mengembalikan kehambaran kehidupan rumahtangganya, ia memilih bercerai.

Di usia 29 tahun, ia mendapat berita yang sangat mengejutkan… ayahnya mengidap kanker stadium akhir dan sisa usianya hanya tinggal 6 bulan. Pada sisa usia ayahnya itu, Shoko menemukan cinta seorang ayah yang selama ini sangat jauh dari dekapannya. Pagar yang dulu menjulang tinggi mambatasi ungkapan cinta dan sayang antara ayah dan anak akhirnya diruntuhkan oleh penyakit kanker. Sepeninggal ayahnya, Maki kemudian menata kehidupannya dengan membuang parasit hidupnya dan menjadi single parent. Shoko dan Maki menjadi hostes terkenal di bar-nya masing-masing, Shoko-pun mulai berpikir panjang tentang hidup yang akan dijalaninya dimasa mendatang. Di usia 33 tahun ia memutuskan untuk berhenti menjadi hostess dan akan beralih pekerjaan lainnya sekaligus memulai berusaha mewujudkan impiannya menjadi penulis.

Luar biasa bukan kehidupan seorang Shoko Tendo dalam rangkaian usianya yang masih sangat muda ia harus menjalani kehidupan luas biasa keras namun tidak pernah ada kata menyerah atas semua kegagalan dan penderitaan yang dialaminya. Gw sangat mengagumi sosok wanita berhati baja ini, mungkin ia pernah terperosok dan lama terbenam dalam kenistaan hidup yang dipandang sebelah mata atau bahkan tidak pernah dipandang oleh sebagian besar orang yang memiliki standar norma, moral dan agama tinggi, namun ia berhasil lolos dari hisapan lumpur mematikan dan kembali merangkak, berjalan dan berlari dijalanan "normal". Lalu apa makna bulan bagi seorang anak Yakuza? Coba aja baca lengkapnya dalam buku Yakuza Moon dan kamu akan menemukan keoptimisan Shoko dalam menjalani kehidupan.

1 comment:

Ciput Mardianto said...

kisah seorang perempuan yang penuh liku - liku kehidupan,banyak memberikan inspirasi

Disini, untuk Sebuah Janji

Generasi masa kini mungkin telah memiliki pemikiran yang terbuka dalam mendefinisikan kewajiban anak kepada orang tua. Dari banyak opini di ...