Urusan mati lampu di daerah Darmaga-Bogor bukan suatu hal yang mengejutkan, bahkan disaat sunny day sekalipun. Entah dimana masalahnya, apa tunggakan listrik IPB teramat sangat besar sampe bikin PLN kesel atau memang sarana dan prasarana PLN yang memble. Temen-temen gw sering ngobrol sendiri di YM karena tiba-tiba gw ngilang, begitu muncul lagi dengan status "mati lampu koq ka' minum obat:[" baru deh mereka memberikan selamat atau bahkan mungkin di ujung sana mereka melakukan standing ovation
Bukan cumabrowsing, chating, bloging aktivitas kerja yang terganggu, pedagang di jalan Bara yang menggantungkan pendapatannya pada ketersediaan listrik seperti fotocopy, rental, warnet dan penjual juice ga' diragukan lagi langsung merugi. Sewaktu puasa kemarin beberapa kali terjadi mati lampu yang lamanya ga' tanggung-tanggung bisa lebih dari 8 jam, kasian banget liat penjual juice yang pendapatannya cuma di saat buka puasa justru tidak mendapatkan uang sepeserpun. Kejadian baru-baru ini bikin gw pengen ngomongin soal PLN.
Minggu sore kemarin Bapak kost yang sudah koma selama 4 tahun akhirnya meninggal, kami melihatnya sebagai jalan terbaik dari Tuhan yang sudah membebaskan beliau dari penderitaan. Kondisinya memang sangat memprihatinkan, stroke yang menyerang 4 tahun lalu tepat mengenai batang otak yang membuat hidupnya bergantung pada peralatan medis. Nafasnya dibantu tabung gas yang dihubungkan selang ke paru-paru, makannya berasal dari infus yang dimasukkan melalui mulut hingga masuk ke lambung, tidak ada organ yang berfungsi kecuali pendengarannya. Ketika Rabu kemarin kami ngobrol-ngobrol dengan Ibu kost akhirnya terungkap kenapa beliau meninggal. Hari minggu, komplek perumahan dosen IPB mati lampu dari pagi hingga malam. Sore itu tiba-tiba kondisi Bapak menurun drastis karena adanya cairan di saluran pernafasan, seharusnya cairan itu dapat di sedot tetapi alat penyedotnya tidak dapat berfungsi. Iya.... alat tersebut membutuhkan tenaga listrik untuk bekerja.
Seperti umumnya orang Indonesia yang melihat kematian sebagai takdir Tuhan, tidak ada keluhan dari Ibu terhadap PLN. Tanpa mengingkari takdir Tuhan, gw melihatnya sebagai kesalahan P-L-N! Bukankah sebelum menyerahkan pada takdir qt harus berusaha, seharusnya keluarga beliau masih bisa berusaha menyedot cairan tersebut entah apapun hasil akhirnya. Tidakkah PLN pernah memikirkan efek pemadaman listrik bukan cuma terhadap roda perekonomian tetapi ternyata ada beberapa nyawa orang yang bergantung pada keberadaan listrik, pernahkan mereka berpikir???
Dulu.... sewaktu orang desa belum menikmati listrik, pemerintah dengan gencar menyelenggarakan program Listrik Masuk Desa, tapi yang selalu DILUPAKAN PEMERINTAH INDONESIA adalah mereka TIDAK PERNAH menyiapkan stock dengan memadai. Ketika orang berduyun-duyun pasang listrik, pasang telfon, PAM, beli kompor gas, pemerintah kelabakan tidak memiliki persediaan dan ujung-ujungnya konsumen di minta berhemat atau lebih sialnya konsumen yang dengan rajin sudah membayar tagihan tidak mendapatkan layanan yang seharusnya diperoleh. Apa semuanya harus melalui demo di jalanan yang puanas dan melelahkan demi mendapatkan layanan memuaskan??? Cape' deee
Bukan cuma
Minggu sore kemarin Bapak kost yang sudah koma selama 4 tahun akhirnya meninggal, kami melihatnya sebagai jalan terbaik dari Tuhan yang sudah membebaskan beliau dari penderitaan. Kondisinya memang sangat memprihatinkan, stroke yang menyerang 4 tahun lalu tepat mengenai batang otak yang membuat hidupnya bergantung pada peralatan medis. Nafasnya dibantu tabung gas yang dihubungkan selang ke paru-paru, makannya berasal dari infus yang dimasukkan melalui mulut hingga masuk ke lambung, tidak ada organ yang berfungsi kecuali pendengarannya. Ketika Rabu kemarin kami ngobrol-ngobrol dengan Ibu kost akhirnya terungkap kenapa beliau meninggal. Hari minggu, komplek perumahan dosen IPB mati lampu dari pagi hingga malam. Sore itu tiba-tiba kondisi Bapak menurun drastis karena adanya cairan di saluran pernafasan, seharusnya cairan itu dapat di sedot tetapi alat penyedotnya tidak dapat berfungsi. Iya.... alat tersebut membutuhkan tenaga listrik untuk bekerja.
Seperti umumnya orang Indonesia yang melihat kematian sebagai takdir Tuhan, tidak ada keluhan dari Ibu terhadap PLN. Tanpa mengingkari takdir Tuhan, gw melihatnya sebagai kesalahan P-L-N! Bukankah sebelum menyerahkan pada takdir qt harus berusaha, seharusnya keluarga beliau masih bisa berusaha menyedot cairan tersebut entah apapun hasil akhirnya. Tidakkah PLN pernah memikirkan efek pemadaman listrik bukan cuma terhadap roda perekonomian tetapi ternyata ada beberapa nyawa orang yang bergantung pada keberadaan listrik, pernahkan mereka berpikir???
Dulu.... sewaktu orang desa belum menikmati listrik, pemerintah dengan gencar menyelenggarakan program Listrik Masuk Desa, tapi yang selalu DILUPAKAN PEMERINTAH INDONESIA adalah mereka TIDAK PERNAH menyiapkan stock dengan memadai. Ketika orang berduyun-duyun pasang listrik, pasang telfon, PAM, beli kompor gas, pemerintah kelabakan tidak memiliki persediaan dan ujung-ujungnya konsumen di minta berhemat atau lebih sialnya konsumen yang dengan rajin sudah membayar tagihan tidak mendapatkan layanan yang seharusnya diperoleh. Apa semuanya harus melalui demo di jalanan yang puanas dan melelahkan demi mendapatkan layanan memuaskan??? Cape' deee
9 comments:
ya seperti inilah endonesah itu...
ah..jadi inget dulu nyokap sering tlp PLN kalao mati listrik jawabanya selalu sama "Mati dari gandulnya bu, sedang diperbaiki"... emang semua di Indo mati dari PUSATnya...:(
tenang2.... bukan indonesia aja kok yg kyk bgitu... disini di mesir sini juga bgitu...mati air...mati listrik..langganan....
nasib saya emang...selalu terdampar dinegara bapuk :P
klo gak dimatiin kasihan penjual lilin.
kalo pas mudik mesti kena rejeki lampu mati
nah itu tuh ciri khas indonesia kita....mati lampu....
laah gimana over loud seh..travo satu yg harusnya hanya untuk beberapa rumah dipake sekampung...ya njeglag njegleg..
tapi klo urusan mati hidup itu emang kita ga bisa nentuin yah..itu urusan Tuhan, jadi klo sudah sampai waktunya harus mati ya mati aja...apapun penyebabnya...
Hemat energi tetap perlu... tetapi mematikan listrik tanpa pemberitahuan apalagi sering juga tidak dibenarkan. Silahkan berdemo kalau itu bisa memecahkan masalah :D
@ anang: lupa klo masih tnggal di indo
@ um ibra: udah mati ato masih koma um?? smoga baru koma biar ada harapan sembuh
@ichaawe: syukurlah masih punya temen dlm keburukan..halah koq bangga:(
@ kenny : sampeyan bijak banget mba' yu, tkg juice ga' laku tp penjual lilin emang laris manizz
@ amethys: ciri khas-nya koq ga' da bagus2nya
@ totok : ms totok jadi provokatornya ya;))
didemo aja belum tentu dikasih pelayanan yang bagus. bener ndah: capeeee.
idem sama Jeng Fitri, di demo pasti nggak mempan :(
di kampungku dulu kalau mati listrik seringnya sehari semalam, kadang juga sampai beberapa hari, susah, ditelpon ke pusat jawabannya itu2 juga, bisanya cuman nggremeng dan nunggu aja sampai nyala lagi :(
Post a Comment