Dia anak desa, putri seorang petani dan penjual kembang. Pada masanya, lulus sekolah menengah pertama sudah cukup, walaupun sebenarnya dia ingin sekali sekolah guru atau sekolah perawat. Mendengarkan ceritanya saat sekolah adalah hal yang sangat menyegarkan. Tidak mengherankan bibit jahil, iseng, cerewet, hiperaktif menurun kepada anak-anaknya.
Dia istri seorang prajurit dengan pangkat rendah. Membesarkan 5 orang anak tanpa dukungan penuh suami yang sering ditugaskan membutuhkan tenaga yang luar biasa besar. Bukan hanya mendidik anak-anak tapi dia juga membantu perekonomian keluarga seperti juga yang dicontohkan ibunya, berjualan kembang. Setiap senin wage dan kamis wage saat mentari pagi baru saja mengintip anaknya akan mendapat tugas mengantarkan dagangan ke pasar. Tugas turun temurun dari yang tertua hingga pada si bungsu.
Dia wanita yang terkenal, orang pasar mengenalnya sebagi penjual kembang, tetangga mengenalnya sebagai wanita penggerak PKK, partai mengenalnya sebagai kader partau kuning, organisasi mengenalnya sebagai ibu PERIP. Hampir semua mengenalnya sebagai orang yang luwes berbicara dan banyak yang menduganya sebagai istri judes, ibu cerewet dan mertua galak.
Friday, March 14, 2014
Subscribe to:
Posts (Atom)
Disini, untuk Sebuah Janji
Generasi masa kini mungkin telah memiliki pemikiran yang terbuka dalam mendefinisikan kewajiban anak kepada orang tua. Dari banyak opini di ...
-
Gw termasuk barisan orang yang ga' bisa hidup tanpa music, masih inget banget dalam ingatan kaset pertama tahun '89 yang gw beli seh...
-
Tidak pernah terbayangkan betapa menyakitkan dan menyedihkannya ketika Roso, kucing yang sudah saya cintai sejak ia masih dalam kandungan ...
-
Apa yang terjadi setelah nonton AADC2 adalah hal-hal nggak penting seperti mencari puisi AADC2 dan sountrack lagu AADC2 yang serasa “ gw...