Wednesday, June 17, 2015

Jadilah Dokter yang Merawat dengan "Cinta"

Pada dasarnya, semua profesi membutuhkan "cinta" dari pekerjanya. Namun kali ini saya ingin menyoroti dokter lebih khusus lagi dokter hewan. Memperlakukan hewan tentu saja harus lebih sabar, hati-hati dan teliti karena tidak seperti manusia yang bisa menyebutkan keluhan yang dirasakannya, hewan hanya menunjukkan perilaku yang mungkin saja dengan gejala yang sama ternyata beragam indikasi penyakitnya.

Di lingkungan tempat saya tinggal terdapat sebuah fakultas kedokteran hewan dan saya juga sudah sangat lama hidup bersama calon-calon dokter hewan. Dengan mereka yang tinggal satu kost saya dengan mudah "complain" kalo ada perlakuan tak menyenangkan terhadap hewan korban bahan praktek, terutama KUCING. Kucing adalah salah satu hewan yang sangat saya sukai, walaupun kalo boleh memilih saya lebih suka memelihara anjing seperti jaman kecil dulu. Anjing adalah hewan peliharaan pertama saya, 3 kali memelihara anjing semua berakhir tragis karena ada yang di racun ada juga yang di curi, konon katanya untuk pesta tahun baru. KEJAM!

Kucing baru menjadi hewan peliharaan yang benar-benar dirawat (tidak sekedar numpang lewat nyuri makan) ketika SMP, namanya Denish. Denish-pun berakhir tragis karena dia harus meregang nyawa bersama ke-3 anaknya karena ada tetangga yang meracuni keluarga kecil nan lucu itu. Setelah kepergian Denish saya tidak pernah lagi memelihara kucing, kalopun ada yang mampir ke rumah cukup disediakan makanan. Begitupun saat nge-kost, kucing datang dan pergi sesuka hati mereka saja. Namun pernah ada kucing yang kami beri nama "Puspita" dan "Crazy Cat" yang tinggal cukup lama di kostan. Puspita kucing paling penurut yang pernah saya temui, walopun lapar dia tidak pernah memaksa masuk rumah cukup menunggu di depan pintu. Berbeda dengan Puspita yang kalem dan ayu, Crazy Cat kucing yang tidak bisa diam. Bawaannya main mulu, kadang qt bingung dia heboh lari sana sini tanpa tahu apa yang sedang dikejar. Hingga pada suatu pagi saya tidak menemukan Puspita dan setelah itu tak pernah kembali.

Kecurigaan muncul kepada rombongan mba-mba cantik yang menyorotkan lampu senter ke halaman samping, mahasiswa FKH yang sedang mencari kucing untuk praktikum. Dari situ saya mulai tidak suka dengan calon dokter hewan yang tidak punya sopan santun dalam mencari hewan calon korban praktek. Memang, tidak ada kalung di leher Puspita, tapi dia tinggal di lingkungan rumah, bukan di jalanan!! Ketika temen kostan yang juga calon dokter hewan melakukan praktek bedah kucing saya udah wanti-wanti untuk merawat Hercules dan Herjunot dengan baik.

Kekesalan saya kembali muncul setelah Snowy, Bumil nan cantik tapi judes, pulang dengan luka di bagian perutnya bahkan 1 puting-nya hilang. Kami sudah berbaik hati menyerahkan Snowy yang sedang hamil kepada anak KOAS yang datang tengah malam karena belum mendapatkan kucing hamil sebagai bahan praktek USG. Tidak ada permintaan maaf, tidak ada kepedulian apakah bekas luka itu bernanah, tidak ada satu kata atau tindakan-pun atas KECEROBOHAN mereka membuang bulu di perut snowy. OH, Snowy berontak saat akan dicukur? Lalu dimana keahlian kalian untuk menenangkan pasien? OH SAYA LUPA, ITU TIDAK ADA DALAM MATA KULIAH!


Jadi kalian ini cuma memanfaatkan hewan sebagai bahan praktek demi nilai saja? Benar, dokter adalah profesi yang prestisius dan menjanjikan keamanan finansial tapi tolong lakukanlah dengan cinta. Perlakukan pasien anda dengan penuh kasih sayang. Anda pasti tidak suka ketika sopir angkot sradak sruduk ngejar setoran, sebal dengan Pak Lurah yang lelet ngurus KTP, benci dengan polisi yang menerima salam tempel. Semua profesi membutuhkan "cinta" agar bisa enjoy melakukan tugas yang diembannya, selagi kalian masih dalam taraf belajar cobalah juga untuk belajar menumbuhkan rasa cinta terhadap apa yang kalian pelajari.

Disini, untuk Sebuah Janji

Generasi masa kini mungkin telah memiliki pemikiran yang terbuka dalam mendefinisikan kewajiban anak kepada orang tua. Dari banyak opini di ...